Kejar Jakarta!

Januari 15, 2008

Genap seminggu saya meninggalkan Jogja tercinta. Dalam perjalanan ke Jakarta yang saya rencanakan, ada beberapa hal yang harus di tunda, sehingga kesempatan ini saya gunakan untuk pulang ke Lampung selama sehari-semalam. Sesudah kembali lagi ke Jakarta, saya pun menikmati kopi darat bersama teman-teman blogger Jakarta.

Mudik dadakan.com

Pemberitaan kondisi cuaca Selat Sunda sempat membuat saya khawatir, karena biasanya kapal yang beroperasi melayani penyebrangan Merak – Bakauheni ditunda jadwal keberangkatannya. Ataupun kalau dipaksakan melaut, bisa-bisa kapal berjam-jam di laut lepas, tidak berani merapat ke dermaga. Pada saat saya menyebrang ke Bakauheni cuaca sangat cerah, dan kapal cepat (speed boat) dioperasikan. Dengan waktu perjalanan 45 menit saja, sudah sampai di pulau Sumatera. Beberapa hal mengerikan yang dialami selama perjalanan adalah tinggi buih ombak sampai setinggi kepala kita. Sampai di pelabuhan, masih dilanjutkan lagi dengan perjalanan darat selama kurang lebih 2 jam.

Tawuran masih nge-trend

Kesan tentang daerah asal saya ini masih cukup mengerikan. Pembicaraan beberapa orang di terminal pelabuhan tentang kasus penyerbuan sebuah desa di dekat pelabuhan, yang mengakibatkan beberapa rumah hancur dan korban jiwa, cukup membuat saya bergidik. Saya teringat beberapa kasus perang antar suku Jawa, Bali dan Lampung yang sempat melanda wilayah timur lampung beberapa saat menjelang reformasi 1998. Sekarang, sepuluh tahun kemudian kedaan masih sama saja. Begitu mudah menghilangkan nyawa sesama manusia hanya demi arogansi dan pengakuan harga diri.

Ojek sialan

Ojek, sarana angkutan penyambung untuk beberapa daerah yang tidak terjangkau angkutan umum, yang biasanya adalah berasal dari anggota masyarakat sekitar juga semakin memperihatinkan. Berebut penumpang dilakukan untuk mendapatkan sesuap nasi. Nasib calon penumpang? Peduli setan. Jika kami turun di pasar dan dijemput oleh saudara, kami diharuskan membayar sejumlah biaya tertentu sebagai pajak kepada para tukang ojek. Dengan dalih, penjemputan oleh sanak family ini telah mengurangi jatah pemasukan para tukang ojek hari itu. Bahkan pernah suatu saat, ada calon penjemput yang diusir pulang dengan paksa oleh para tukang ojek. Mencoba turun di depan kantor polisi yang berjarak 200 meter dari pasarpun tidak bisa membantu banyak. Pak polisi ‘tidak berdaya’ untuk menyelamatkan para calon penumpang dari aksi brutal para tukang ojek ini. Mungkin takut, mungkin juga matanya tertutup uang. Agar selamat dari kebringasan para tukang ojek ini, kami harus berhenti beberapa kilometer sebelum pasar demi menghindari pemalakan dari para tukang ojek. Lalu bersembunyi di rumah salah satu tokoh masyarakat dan menunggu sanak saudara kami datang menjemput. Sangat memiriskan. Mungkin desakan ekonomi yang membuat mereka berlaku semacam itu? Saya belum tau alasan pastinya.

Pramugara botak

Saat akan kembali ke Jakarta, cuaca di selat sunda sedang tidak bersahabat. Kapal cepat tidak beroperasi. Sehingga saya menggunakan layanan kapal ferry dengan resiko waktu perjalanan harus molor sampai 3 jam. Kondisi ombak cukup membuat kapal sebesar itu terombang-ambing di tengah laut. Beberapa hal yang baru saya temui dalam perjalanan ini adalah penerangan tentang penggunaan life jacket oleh awak kapal ferry dengan cara yang unik. Kalau di pesawat terbang komersial biasanya yang menjadi juru penerang adalah mbak pramugari yang cantik bening dan jelita, tapi kali ini dilakukan oleh seorang mas-mas yang botak dan bermuka komedian. Cara dia menjelaskan fungsi jaket dan tatacara pemakaian pun membuat para penumpang justru terpingkal-pingkal. Salah satunya penerang itu memberikan pengertian seandainya kapal yang sedang kami tumpangi ini mengalami kecelakaan laut dan penumpang terpaksa harus meninggalkan kapal dengan terjun ke laut, maka penumpang yang jago berenang sebaiknya jangan mencoba melawan arus. Kemanapun arus membawa kami harus menurut. Sampai ke arab Saudi sekalipun kami harus ikut arus, hitung-hitung sekalian TKW di arab gratis atau naik haji gratis. Belum lagi dia (si mas botak) mengatakan bahwa life jacket yang disediakan ini hanya bisa bertahan 2 x 24 jam, sehingga jika terjadi kecelakaan laut kami diharuskan untuk sudah mendapatkan bantuan sebelum waktu 2×24 jam itu terlampaui, tidak peduli bagaimana caranya. Sebuah cara kreatif yang mungkin bisa dicontoh oleh maskapai penerbangan agar suasana penerbangan tidak tegang. 😛

Kopdar Kemang

Perjalanan laut yang cukup lama ini membuat saya harus terlambat dengan janji kopdar di Kemang. Adalah mas Iman Brotoseno, Chika, dan mr.Bambang yang sudah menunggu di Pawon Solo Kemang. Menggunakan layanan busway dan bajaj saya menembus urat-urat padat jalanan Jakarta untuk mengejar kopdar sore ini. Saya terlambat satu jam dari jadwal semula, kemudian berturut-turut datang neng Sarah, mbak Omith dan mas Ipul. Serta peserta terakhir tidak lain tidak bukan adalah si Lelananging Jagad yang akhirnya saya bisa temui setelah sekian lama saya menantikan pertemuan ini terjadi. Hayah.

Ngobrol apasaja ala blogger kami lakukan sore itu, membongkar isi mekbuk mas Iman, membicarakan soal mbah Kakung yang terbaring di RSPP, membahas soal cara membuat slide show foto paling keren di rock you, sambil menikmati menu khas kota solo. Dan kami pun memaksa para pekerja Pawon Solo harus menunggui kami sampai warung harus di tutup. Acara ngobrol pun dilanjutkan di daerah Menteng, sambil menikmati jajanan dari PKL yang ditata rapi. Suasana kota Jakarta di malam hari cukup segar, maksud saya pemadangan kaum hawa yang datang silih berganti cukup membuat mata saya memaksakan untuk tetap terjaga. Apalagi ada neng Sarah. Hehehehe. Sempat ada syuting sebuah reality show CLBk, dimana si cowok rela melakukan apa saja demi sang mantan agar mau ‘kembali’. Whalah, sebegitu parahkah harga diri sampai digadaikan di depan umum demi cinta? Hahaha. Sampai jam setengah 2 pagi, kami berpisah untuk istirahat di tempat masing-masing.

Malam selanjutnya adalah sowan ke BHI. Sebelum ke lokasi BHI, saya diajak mas Iman untuk menikmati hidangan di sebuah restoran bernuansa jawa-cina yang sangat keren, saya akan membahasnya dalam sekuel postingan ini. Hihihihi.

Cangkruk di BHI

Sampai di BHI sudah ada beberapa orang yang berkumpul. Kebetulan salah satu senior saya, Tikabanget juga datang ke BHI. Jadi malam itu cukup penuh sesak dengan orang-orang kurang kerjaan bernama blogger. Diantaranya (yang saya ingat) adalah saya, tikabanget, mas Iman, ndorokakung, pakde mbilung, balibul, ipul bangsari, omith, kw fanabis, mr.bambang, kang hedi sekadarblog, mikow, jakober, vivink, kang pitik, wazeen, adit praditya, edy caplang, dokter tito, gita, lutpi, maruria. (siapa lagi ya?) Sayangnya pak sultan BHI sedang ada urusan kenegaraan sehingga tidak turut hadir dalam jamuan gojek kere di pinggiran Bunderan HI. Pulangnya, kami beramai-ramai nggruduk tempat mas Iman.

Landmark baru kota jakarta bernama ‘cangkruk di BHI’ itu sudah saya cicipi. Kesannya memang benar-benar harus kuat mental sebelum sowan ke BHI. Suasana crongohan namun akrab dan hangat, membuat siapapun pasti kangen untuk datang kembali ke sana.

//Next post : Kuliner di Lara Jonggrang

Aprikot dari Jepara

Desember 28, 2007

Siapa tak kenal mbak yang cantik itu?
Pasti banyak yang mengangguk tanda setuju.

Di jogja, akhir tahun, malam seusai hujan, Djendelo Kafe. Disuguhi aprikot manis. Sungguh nikmat akhir tahun yang saya idam-idamkan dari dulu. Hihihihihi. Sambil lalu kepulangannya ke kampung halaman yang ternyata harus diperpanjang akibat Ibunda yang mengalami kecelakaan. (Ayo mari semua berdoa untuk kesembuhan Ibunda nya Gita). Mengunjungi Jogja untuk menghabiskan akhir tahun dan menengok para fans yang sudah menunggu sejak bulan lalu.

Saya mendapat berita kepastian kopdar sekitar jam 5 sore. Segera saya buat sebuah banner, dan memasangnya di sidebar. Sebagai pemberitahuan kepada blogger jogja, siapa tau ada yang nyasar ke blog ini dan membacanya, karena saya benci disebut sebagai blogger kurang ajar yang tidak sebar-sebar info kopdar. 😐

kopdar-gita-500px.jpg

Gun dan Funkshit datang ke lokasi tepat pukul 6, dan mereka pun beredar di toko buku Toga Mas yang berada di bawah kafe tempat perjanjian kami. Saya tidak tau persis apa yang mereka lakukan berdua. Mungkin mencari novel karya Freddy S? dasar mahasiswa baru anak muda! Kemudian saya datang lalu mengajak mereka langsung naik ke Djendelo Kafe, memilih tempat dan memesan minuman.

FYI, nama minuman di Djendelo Kafe ini sangat unik. Ada minuman Manusia Tanpa Cinta yang dipesan Joesatch, Tjakil Poeasa Moetih yang jadi pilihan saya, atau Ampoetjitro Dikotjok Dingin yang dicoba Gun. Eh, sebentar. Saya tidak tau, ini unik atau kurang kerjaan? Hihihi.

Beberapa saat kemudian mbak Gita datang bersama Didit, tak lama berselang datang Zamroni, Joesatch, Arya lalu terakhir Aad Gym. Tikabanget yang sedianya juga akan datang, tidak dapat bergabung karena sedang istirahat pasca menunaikan Rukun Blogger kelima di Surabaya. Kang Sandalian yang awalnya akan bergabung, gagal datang karena ada acara mendadak. Sedangkan Ekowanz juga tidak bisa bergabung karena sedang melakukan tugas sebagai suami siaga. Blogger lain? Maaf kalau info tidak semuanya sampai ke telinga kalian.

Mbak Gita yang sedang berlibur di Jogja, menjadi bintang pertemuan kali ini. Setelah kenalan dengan penggemar pakde ndobos itu, kamipun lanjut ngobrol tentang apapun. Seleblog teladan, gosip-gosip, serta rukun blogger selalu jadi bahasan menarik. Diwarnai adegan ngadatnya laptop mbak Gita mengakses hotspot kafe, tertelannya sebuah compact disc di dalam CD ROM, ditutup dengan mampusnya laptop itu saat booting. (Semoga laptopnya lekas sembuh ya mbak).

Obrolan kere, jungkir balik dan foto narsis pake timer sesekali kami lakukan, tentunya kenorakan ini mengundang mata seorang gadis yang memang sejak tadi mengawasi kami. Gadis manis duduk sendiri di seberang meja, membuat mata-mata lapar kami tak henti-hentinya mencuri pandang. Dasar kucing garong! di depan mata kami sudah ada mbak Gita yang cantik itu, masih saja cari ikan asin di meja sebelah. Funkshit lah yang mengeluarkan dugaan bahwa gadis itu adalah seorang blogger yang hendak bergabung dengan kopdar kami. Rasanya memang mengada-ngada omongan Funkshit ini. Kami sempat menduga obsesi dia untuk mempunyai pacar di tahun 2008, membuat dia mulai berfikir tidak waras dan menyangka semua gadis cantik adalah blogger. Hahaha. Saya dan Zam pun bertaruh Lima ribu rupiah. Saya tebak gadis itu seorang blogger, dan zam haqqul-yaqin gadis itu bukan blogger.

Akhirnya dua orang arjuna kami (Joesatch dan Gun) pun unjuk diri, mendatangi gadis manis itu. Maksud awalnya sih mau berkenalan, tapi sayangnya nyali mereka menciut saat berada dalam radius 5 meter saja. Dua arjuna kami ini pun membelokkan arah dengan sangat memalukan, dan pulang kembali ke meja kami bagai tentara kalah perang.

Obrolan pun berlanjut.
Mbak Gita masih jadi matahari diantara para begundal malam ini.

Di sela gojek kere kami yang mengguncang kafe (FYI, kafe berada di sebuah rumah panggung. Jadi wajar kalau muncul bunyi gedebukan karena kami playon di dalam ruang mengejar timer dari kamera), datanglah si gadis tadi. Menanyakan apakah kami ini kumpulan blogger atau rombongan artis.

Waaaaaaa, benar sekali mbak!
Selamat mbak, sampeyan sudah terjerumus dalam lembah nista kebaikan!

Ternyata saudara-saudara, gadis tadi adalah seorang blogger yang mau gabung ke acara kopdar ini. Benar juga feeling si Funkshit tadi 😛 Dan sayapun menang taruhan :mrgreen: Blogger yang diketahui bernama Medina (restlessangel.wordpress.com) ini sudah mengawasi kami sedari tadi, tapi ragu dan takut kalau salah orang. Kami sempat bingung bagaimana mbak Medina bisa mengenali kami, apakah kami terlalu ribut dan norak?

Ah, ternyata tidak! Dia mengenali kami ini blogger karena wajah Zamroni yang sangat dihafalnya. Jadi memang ternyata bermanfaat sekali wajah narsis Zamroni di berbagai candi sebagai tanda pengenal. Masih menjadi pertanyaan, bagian tubuh Zamroni manakah yang menjadi fokus perhatian para gadis? Silahkan jawab di kolom komentar. Hahahaha. Lha, tidak perlu pakai jas coklat dan kemeja kuning plus sebuah dasi, Zamroni sudah seterkenal itu. Selanjutnya berkenalan dan mencatat nomer hape si mbak. :mrgreen:

Dan pukul 9 malam kami harus menyudahi pertemuan ini. Beberapa blogger lainnya menuju ke Ohlala Cafe di Saphir Square untuk bertemu bunda unai dan beberapa blogger lain. Saya tidak tau persis detail acaranya, soale saya urung bergabung karena harus memenuhi kewajiban sebagai buruh. 😐

Terimakasih mbak gita atas ketemuannya, senang banget bisa ketemu si mbak. Saya hanya berharap mbak untuk memikirkan kembali sikap mbak. Siapa tahu akan berubah haluan meninggalkan ‘the one and the only’ lalu berubah menjadi fans saya. Hahahaha.

Yay! penutup kopdar akhir tahun yang istimewa!