Dua Sisi

Juni 5, 2008

Lukisan berjudul “Chain Reaction” ini adalah oleh-oleh (yang discan dari katalog pameran) ketika saya mengunjungi Pameran Setelah 20 Mei di Jogja Gallery. Relevansi isu yang diusung karya pameran ini benar-benar membuat saya (dan mungkin anda) yang menyaksikannya akan menekuk kepala karena malu. Malu akan semua tragedi bertema SARA yang repetitif dan tak pernah selesai di republik ini.

Harmanto, Chain Reactions, oil on canvas, 150 x 180 cm, 2 panels, 2008

Harmanto, pelukis karya itu menyadari bahwa apa yang diharapkan dari sebuah Kebangkitan Nasional adalah dengan mengadakan perubahan diri yang sekuat-kuatnya. Atau jika tidak mampu menampilkan sosok yang jelas, identitas bermuka dua adalah reaksi yang kini banyak dianut oleh sebagian masyarakat kita.

Berkaitan dengan gonjang-ganjing, isu, dan propaganda di Indonesia tercinta beberapa hari ini, bagaimana sikap anda?

23 Responses to “Dua Sisi”

  1. edy Says:

    masih ada harapan untuk benar-benar bangkit kok, mas
    boleh saja menerima pengaruh luar selama itu positif
    tentu dng tidak meninggalkan ciri khas diri sendiri

  2. goop Says:

    sejujurnya saya merasa gonjang-ganjing juga…
    fuhh… berdiri aja susah
    *hayah*
    ______________________________________________
    barangkali kita perlu bergandengan tangan, menyatukan tangan2 kecil kita utk berdiri bersama, ingat out bound dgn mbak med di candi boko saya 😛

  3. leksa Says:

    ntok aku njaluk scan-an yang Evi Sulistyowati, yang blangkon tentara..
    plus sama yang gambar perumahan di lapangan golf .. 😀

    kirim yoo

  4. zam Says:

    duh..

    aku kangen jalan-jalan seperti ini..

  5. telmark Says:

    scan-nya itu saya kok lihadnya laen ya nto…
    spt dua sosok muda dari jaman berbeda, namun tetap berjiwa patriot (dgn latar blkng merah putih).
    namun karena lukisannya disatukan, ya pasti tujuannya berjiwa dua itulah…. kayak jiwa beberapa wakil kita yg terhormat 🙂

  6. cK Says:

    yang sebelah kanan kok benderanya kusut? belom diseterika ya? 😕

  7. Farid Yuniar Says:

    Saya setuju sama Kang Edy.
    Masih ada harapan, asal diperjuangkan.
    Bukan cuma dimaknai, tapi tak ada daya upaya untuk melangkah maju…

  8. Fikar Says:

    Insya allah, bisa bangkit lg koq

  9. ulan Says:

    kan enggak berkepribadian ganda

  10. Biyung Nana Says:

    Yang kanan kayak arnold suasana segar.. 😀

  11. alle Says:

    yak! sampe sekarang syaa blom juga koprol ke belakang kantor ngeliat itu Jogja Gallery 😦

  12. ekowanz Says:

    @alle
    hari ini sebelum juminten yok le koprol kesini dulu?

  13. nonadita Says:

    bisa dibikin sekuelnya nih..
    tapi cowok yang pake blangkon itu diganti dengan kostum lain misalnya jubahan dan jenggotan

    *duh ini sayah malah jadi kejebak stereotype, siapa yang mau tanggungjawab?*

  14. kw Says:

    iklan fren (indra birowo) nyontek lukisan ini kali ya

  15. emyou Says:

    kan bangkit bukan cuma soal perubahan tampilan doang?? yang penting spiritnya 😀


  16. sikap sayah sementara inih adalah menggarap sekeripsi sayah dan meneruskannya ke jenjang pendadaran..

  17. nico Says:

    saya juga mau revisi belum tak garap-garap. bagaimana dengan sodara satu daerahku, tokbil?*lanjutin kerja*

  18. antobilang Says:

    —BATAS MEMBICARAKAN SKRIPSHIT—

  19. bangzenk Says:

    bangkit negeriku, harapan itu masih perlu diperjuangkan 🙂

    salamhangat.
    Zenk di Belanda

  20. hmcahyo Says:

    cooling down dulu

    hmc.web.id


  21. selama 7 hari ini, menurutku orang indonesia sudah menunjukkan cirinya dalam melihat permasalahan.

    – tertekan
    – sedih
    – ingin membahas yang lain
    – mau cooling down
    – menyalahkan negara lain
    – membuat teori-teori konspirasi untuk membuat kejadian ini jadi masuk akal

    padahal isunya relatif mudah dipetakan. dan isu-isu bukanlah alasan untuk resah.

  22. uwiuw Says:

    wow, i like this… gambarnya bener bener mewakili (generasi) sy yg gamang mau etriak : indonesia! 🙂

    btw, sy ambil yah 🙂

Tinggalkan komentar